Selasa, 23 Juni 2015

Ospek Perlu Nggak, Sih?


Berbicara soal ospek, biasanya mayoritas orang langsung berpikir tentang aksi senioritas terhadap mahasiswa baru. Hal tersebut mungkin saja terjadi. Tidak jarang media massa memberitakan informasi ospek yang menimbulkan korban jiwa, atau adanya pelecehan seksual yang dilakukan senior terhadap mahasiswa baru pada ospek.

Faktanya, ospek diadakan untuk memberikan gambaran mengenai kehidupan perkuliahan terhadap mahasiswa baru. Biasanya, ospek yang dilaksanakan universitas hanya dilakukan selama beberapa hari. Di UNS misalnya, ospek tingkat universitas atau yang biasa disebut osmaru (orientasi mahasiswa baru) dilakukan selama tiga hari.

Kegiatan yang dilakukan dalam ospek beragam. Biasanya pada hari pertama diisi seminar alumni berprestasi atau tokoh ternama; tujuannya memupuk semangat mahasiswa baru agar berprestasi selama kuliah. Hari berikutnya dilanjutkan dengan display UKM, tujuannya menyosialisasikan kegiatan yang bisa diikuti mahasiswa baru, selain belajar di kelas.

Setelah melihat penjabaran mengenai ospek, kali ini kita akan mencoba melihat sebenarnya ospek itu perlu atau nggak, dari kacamata mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Survei yang dilakukan terhadap mahasiswa baru angkatan 2012 ini menunjukkan 93 persen dari mereka merasa bahwa osmaru sudah sangat bermanfaat. Hanya 2 persen dari mereka yang merasa osmaru tidak ada manfaatnya sama sekali (5 persen menyatakan biasa saja).

Dari data tersebut, kita dapat melihat mahasiswa baru (Fakultas Hukum) sudah menyadari pentingnya masa orientasi, sebagaimana dirilis dalam siaran pers Mahasiswa Novum FH UNS. Kesadaran mereka terhadap orientasi mungkin didukung acara menarik yang disajikan pihak penyelenggara. Sebanyak 81 persen mahasiswa baru merasa rangkaian acara yang disajikan sangat menarik.

Dari antusiasme mahasiswa FH UNS, tampaknya ospek masih diperlukan mahasiswa baru; dengan catatan, rangkaian acara yang disediakan harus menarik agar mahasiswa baru juga berminat menghadiri ospek. Sebisa mungkin, hindari tindakan senioritas sekecil apa pun. Jangan sampai mahasiswa baru yang masih harus menempuh pendidikan selama empat tahun merasa tidak nyaman di lingkungannya.


Sumber : Sinar Harapan

0 komentar:

Posting Komentar