Selasa, 23 Juni 2015

Terpaksa Mendalami Laut
Nopri sempat empat kali mengikuti tes masuk jurusan Teknik Sipil



Perasaan kecewa tergambar jelas di raut wajah Nopriandi Mirza. Pria kelahiran Takengon, 16 November 1994 ini mersa salah jurusan (salju) ketika medapatkan jurusan Ilmu Kelautan di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

“Saya dulu ingin masuk jurusan Teknik Sipil, tapi malah dapat jurusan Ilmu Kelautan,” katanya kepada SH, sambil tertawa kecil.

Sejak duduk di bangku sekolah menengah kejuruan (SMK), Nopri sudah membulatkan tekat akan mengambil jurusan Teknik Sipil. “Untuk masuk kuliah di Unsyiah saja, saya mengikuti tes sampai empat kali,” ujarnya.

Sekian kali tes, ia tetap dengan niat awal memilih jurusan Teknik Sipil. Namun, pilihan tersebut tak terkabul.

Ia merasa sangat kecewa ketika pertama kali mendapatkan jurusan ilmu kelautan. Namun, apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. Ia pun menjalani kuliah sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FKP) Unsyiah. “Ketika mendapatkan jurusan ini, saya sangat kecewa,” katanya.

Nopri pun mengaku, seiring berjalan waktu ia mulai menikmati jurusan Ilmu Kelautan dan sudah mulai bisa beradaptasi. “Awalnya, saya tidak cocok dengan jurusan ini karena dulu saya di SMK ambil jurusan rancangan bangunan. Di jurusan sekarang, ilmu dan pelajarannya sangat berbeda. Ketika saya di SMK, mata pelajaran Biologi itu nggak ada. Di perkuliaan, mata kuliah Biologi ada. Inilah yang saya benci dan tidak merasa  nyambung,” tutur Nopri, membandingkan dengan masa sekolah dulu.

Semester awal hingga pertengahan kuliah adalah titik penat bagi anak dari pasangan Ridwansyah dan Wahyuna. Rasa bosan muncul ketika memasuki semester II. “Saya mulai bosan, malas kuliah,” kata Nopri.

Ia bercerita, untuk mengatasi kebosanan dan rasa malas itu, ia mulai mencoba menjiwai dan menjalani apa adanya. Meskipun ia mengakui, ketika kuliah jiwanya tak sepenuhnya berada di fisiknya, dengan kata lain tak fokus untuk mengikuti perkuliahan.

Seiring perjalanan waktu, Nopri pun mulai bergairah dan bersemangat kuliah. “Di semester III, saya mulai bersemangat. Semester demi semester saya jalani. Apalagi semester VII, sudah ada mata kuliah yang sejalan dengan ketika di SMK dulu,” ucap penghobi sepak bola ini.

Rasa bosan itu mulai kembali melanda, ketika ia merasa “iri” melihat teman seangkatannya sudah mulai menyusul proposal, seminar, bahkan skripsi. Nopri memang sudah masuk katagori semester akhir. Sifat malas yang sering menghantuinya mulai memudar dan menghilang. Bahkan, kata dia, masalah-masalah di semester awal sudah hilang.

“Saya sudah mulai merasa nyaman, mungkin karena sudah dekat dengan tugas akhir juga,” ucapnya. Meski demikian, Nopri terkadang menyesal karena tidak serius dan fokus ketika semester awal kuliah.

Peluang kerja yang besar untuk lulusan teknik sipil membuat anak kedua dari empat bersaudara ini mati-matian memilih jurusan tersebut. “Menurut saya, lulusan Teknik Sipil berpeluang sangat besar mendapatkan pekerjaan ketimbang jurusan lain,” katanya.

Meski sudah telanjur “hidup” di jurusan ilmu kelautan, ia ingin cepat meyelesaikan kuliah, kemudian mendapatkan pekerjaan yang sesuai bidang yang digeluti.

Ketika itu, ia mengenang, kedua orang tuanya sempat menganjurkan mengikuti tes kembali. Namun, hasil yang ditoreh nihil. Dengan keadaan itu pula, orang tuanya mulai mengerti. “Mereka pun memnerikan semangat dan motivasi. Sudahlah, jalani saja,” ujarnya menirukan ucapan orang tuanya.

Niat yang sudah dipupuk sejak di bangku SMK tetap tertanam dibenaknya. Bahkan mahasiswa angkatan 2011 ini berencana akan melanjutkan S-2 di jurusan Teknik ketika sudah menyelesaikan studinya sekarang.

Kembali ke Takdir...


Sumber : Sinar Harapan

0 komentar:

Posting Komentar