Selasa, 23 Juni 2015

Wah, Ternyata Ospek Warisan Kolonial!


Banyak istilah yang muncul untuk menamai orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek); misalnya dari masa pengenalan kampus mahasiswa baru (MPKMB) dan orientasi mahasiswa baru (osmaru). Muaranya tetap satu, ajang bertemunya senior dan junior.

Tapi, tahukah kamu ospek sudah dimulai dari masa penjajahan kolonial? Tepatnya, saat Belanda melakukan politik etis dengan mendirikan sekolah-sekolah di Nusantara.

Kedatangan Belanda, yang semula ingin melakukan kesepakatan dagang rempah-rempah di Tanah Air, berubah haluan menjadi keinginan menguasai aset berharga tersebut. Bak serigala masuk ke kandang domba, Belanda ingin mengambil segalanya. Untuk menyiasati akal bulusnya, didirikanlah sekolah-sekolah, di antaranya Sekolah Tinggi Kedokteran STOVIA di Jakarta (kini Fakultas Kedokteran UI di Salemba) dan Sekolah Tinggi Teknik Technische Hoogeschool (THS) di Bandung (kini ITB di Bandung).

Meskipun tiang-tiang sekolah tersebut terpancang di Tanah Air, STOVIA dan THS mulanya diisi anak-anak Belanda. Beberapa waktu berselang, mulailah dibuka untuk beberapa anak dari saudagar Tiongkok. Terakhir sekali, setelah munculnya tentangan dari pribumi, barulah anak pribumi diperbolehkan masuk sekolah kolonial ini.

Para pelajar Belanda yang terlebih dahulu mengenyam sekolah di STOVIA maupun THS merasa diri mereka adalah raja. Pelajar pribumi yang notabene pelajar baru, dianggap kaum yang kastanya rendah; terlebih, saat itu bangsa Belanda merasa bangsa pribumi jauh di bawah mereka.


Alhasil, pelajar pribumi menjadi bahan olok-olokan pelajar Belanda yang lebih senior. Pelajar Belanda kala itu melakukan aksi-aksi yang sekarang akrab dengan sebutan perpeloncoan. Tujuannya satu, membuat pelajar pribumi dipandang rendah dan malu.

Sumber: Harapan Baru

0 komentar:

Posting Komentar