Wah, Ternyata Ospek Warisan Kolonial!
Banyak istilah yang muncul untuk menamai orientasi studi dan
pengenalan kampus (ospek); misalnya dari masa pengenalan kampus mahasiswa baru
(MPKMB) dan orientasi mahasiswa baru (osmaru). Muaranya tetap satu, ajang bertemunya
senior dan junior.
Tapi, tahukah kamu ospek sudah dimulai dari masa penjajahan
kolonial? Tepatnya, saat Belanda melakukan politik etis dengan mendirikan
sekolah-sekolah di Nusantara.
Kedatangan Belanda, yang semula ingin melakukan kesepakatan
dagang rempah-rempah di Tanah Air, berubah haluan menjadi keinginan menguasai
aset berharga tersebut. Bak serigala masuk ke kandang domba, Belanda ingin
mengambil segalanya. Untuk menyiasati akal bulusnya, didirikanlah
sekolah-sekolah, di antaranya Sekolah Tinggi Kedokteran STOVIA di Jakarta (kini
Fakultas Kedokteran UI di Salemba) dan Sekolah Tinggi Teknik Technische
Hoogeschool (THS) di Bandung (kini ITB di Bandung).
Meskipun tiang-tiang sekolah tersebut terpancang di Tanah
Air, STOVIA dan THS mulanya diisi anak-anak Belanda. Beberapa waktu berselang,
mulailah dibuka untuk beberapa anak dari saudagar Tiongkok. Terakhir sekali,
setelah munculnya tentangan dari pribumi, barulah anak pribumi diperbolehkan
masuk sekolah kolonial ini.
Para pelajar Belanda yang terlebih dahulu mengenyam sekolah
di STOVIA maupun THS merasa diri mereka adalah raja. Pelajar pribumi yang
notabene pelajar baru, dianggap kaum yang kastanya rendah; terlebih, saat itu
bangsa Belanda merasa bangsa pribumi jauh di bawah mereka.
Alhasil, pelajar pribumi menjadi bahan olok-olokan pelajar
Belanda yang lebih senior. Pelajar Belanda kala itu melakukan aksi-aksi yang
sekarang akrab dengan sebutan perpeloncoan. Tujuannya satu, membuat pelajar
pribumi dipandang rendah dan malu.
Sumber: Harapan Baru
0 komentar:
Posting Komentar