Perbedaan Ospek di Indonesia Dengan Negara Lain
Setiap perguruan tinggi pastinya memiliki rangkaian kegiatan
ospek untuk para mahasiswa baru mereka. Baik itu di tingkatan universitas
maupun fakultas. Pada dasarnya, Ospek merupakan momentum bersejarah dan pintu
ilmu bagi setiap mahasiswa yang akan memasuki pintu gerbang perguruan tinggi.
Pintu itu akan dibuka dan dicermati atau dipelajari secara seksama oleh
mahasiswa-mahasiswi baru untuk memperdalam ilmunya (Bratadharma, 2013).
Hakikat Ospek itu sendiri merupakan kegiatan untuk
memperkenalkan kampus beserta kegiatannya kepada mahasiswa baru. Pembetukan
watak dan mental mahasiswa baru turut serta ditentukan melalui kegiatan ini.
Tujuan pembentukan watak dengan mental yang kuat, disiplin dan energik umumnya
menjadi nilai-nilai umum yang diterapkan dalam ospek perguruan tinggi.
Pada sebuah artikel yang berjudul “Orientasi Mahasiswa Baru
(Ospek) : Pembentukan Generasi Instan?” yang ditulis oleh Rizky Kurnia
Widiantoko menuliskan bahwa terdapat perbedaan gaya ospek di negara kita dengan
negara maju seperti AS, Belanda, dan Jerman. Di negara kita, penggunaan atribut
yang beragam dan unik serta sejumlah fenomena perpeloncoan masih kental
diberlakukan. Sedangkan, di negara maju, berbeda.
Rangkaian kegiatan ospeknya memang kurang lebih serupa,
mahasiswa baru diterima secara langsung oleh petinggi PT setara Rektor,
Pembantu Rektor bidang akademik ataupun Dekan Fakultas. Mereka mendapatkan
pengarahan akademis secara umum dalam tingkatan PT, Fakultas dan Jurusan. Lalu
dilanjutkan dengan kegiatan positif dan ringan.
Seperti yang dikutip dari salah satu artikel berjudul
Orientasi Mahasiswa di Negara Maju pada http://www.deutscheinfach.com, di
Jerman, Tour de Campus adalah acara selanjutnya untuk mengenalkan fasilitas
kampus itu sendiri, juga mengemas kegiatan tur kampus ini menjadi sebuah
permainan seru. Selebihnya mereka mengadakan acara kumpul-kumpul bersama
seperti Barbeque Party di taman kampus atau Welcoming Party di sebuah klub. Tak
ada satupun kegiatan‚ bantai-membantai‘ antara senior terhadap junior. Dengan
rancangan kegiatan yang padat tersebut, menjadikan waktu lebih efektif dan
efisien baik dari pihak PT sendiri juga bagi mahasiswa baru.
Terlepas dari perbedaan gaya ospek tersebut, tujuan ospek
secara mendasar harus selalu diperhatikan dan diterapkan oleh para civitas
akademika pergutuan tinggi. Jangan sampai esensi itu justru hilang dengan
rangkaian yang justru kurang mendukung. Pemakaian atribut ospek di perguruan
tinggi Indonesia bisa jadi adalah lambang identitas kultur ospek kita. Di sisi
lain, hal tersebut memang merupakan tradisi yang masih termasuk dalam kategori
mendidik, membina dan mengarahkan.
Sumber : Sinar Harapan
0 komentar:
Posting Komentar