Terpaksa Mendalami Laut
Nopri sempat empat kali mengikuti tes masuk jurusan Teknik
Sipil
Perasaan kecewa tergambar jelas di raut wajah Nopriandi
Mirza. Pria kelahiran Takengon, 16 November 1994 ini mersa salah jurusan
(salju) ketika medapatkan jurusan Ilmu Kelautan di Universitas Syiah Kuala
(Unsyiah).
“Saya dulu ingin masuk jurusan Teknik Sipil, tapi malah dapat
jurusan Ilmu Kelautan,” katanya kepada SH, sambil tertawa kecil.
Sejak duduk di bangku sekolah menengah kejuruan (SMK), Nopri
sudah membulatkan tekat akan mengambil jurusan Teknik Sipil. “Untuk masuk
kuliah di Unsyiah saja, saya mengikuti tes sampai empat kali,” ujarnya.
Sekian kali tes, ia tetap dengan niat awal memilih jurusan
Teknik Sipil. Namun, pilihan tersebut tak terkabul.
Ia merasa sangat kecewa ketika pertama kali mendapatkan
jurusan ilmu kelautan. Namun, apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. Ia pun
menjalani kuliah sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FKP)
Unsyiah. “Ketika mendapatkan jurusan ini, saya sangat kecewa,” katanya.
Nopri pun mengaku, seiring berjalan waktu ia mulai menikmati
jurusan Ilmu Kelautan dan sudah mulai bisa beradaptasi. “Awalnya, saya tidak
cocok dengan jurusan ini karena dulu saya di SMK ambil jurusan rancangan
bangunan. Di jurusan sekarang, ilmu dan pelajarannya sangat berbeda. Ketika
saya di SMK, mata pelajaran Biologi itu nggak ada. Di perkuliaan, mata kuliah
Biologi ada. Inilah yang saya benci dan tidak merasa nyambung,” tutur Nopri, membandingkan dengan
masa sekolah dulu.
Semester awal hingga pertengahan kuliah adalah titik penat
bagi anak dari pasangan Ridwansyah dan Wahyuna. Rasa bosan muncul ketika
memasuki semester II. “Saya mulai bosan, malas kuliah,” kata Nopri.
Ia bercerita, untuk mengatasi kebosanan dan rasa malas itu,
ia mulai mencoba menjiwai dan menjalani apa adanya. Meskipun ia mengakui,
ketika kuliah jiwanya tak sepenuhnya berada di fisiknya, dengan kata lain tak
fokus untuk mengikuti perkuliahan.
Seiring perjalanan waktu, Nopri pun mulai bergairah dan
bersemangat kuliah. “Di semester III, saya mulai bersemangat. Semester demi
semester saya jalani. Apalagi semester VII, sudah ada mata kuliah yang sejalan
dengan ketika di SMK dulu,” ucap penghobi sepak bola ini.
Rasa bosan itu mulai kembali melanda, ketika ia merasa “iri”
melihat teman seangkatannya sudah mulai menyusul proposal, seminar, bahkan
skripsi. Nopri memang sudah masuk katagori semester akhir. Sifat malas yang
sering menghantuinya mulai memudar dan menghilang. Bahkan, kata dia,
masalah-masalah di semester awal sudah hilang.
“Saya sudah mulai merasa nyaman, mungkin karena sudah dekat
dengan tugas akhir juga,” ucapnya. Meski demikian, Nopri terkadang menyesal
karena tidak serius dan fokus ketika semester awal kuliah.
Peluang kerja yang besar untuk lulusan teknik sipil membuat
anak kedua dari empat bersaudara ini mati-matian memilih jurusan tersebut.
“Menurut saya, lulusan Teknik Sipil berpeluang sangat besar mendapatkan
pekerjaan ketimbang jurusan lain,” katanya.
Meski sudah telanjur “hidup” di jurusan ilmu kelautan, ia
ingin cepat meyelesaikan kuliah, kemudian mendapatkan pekerjaan yang sesuai
bidang yang digeluti.
Ketika itu, ia mengenang, kedua orang tuanya sempat
menganjurkan mengikuti tes kembali. Namun, hasil yang ditoreh nihil. Dengan
keadaan itu pula, orang tuanya mulai mengerti. “Mereka pun memnerikan semangat
dan motivasi. Sudahlah, jalani saja,” ujarnya menirukan ucapan orang tuanya.
Niat yang sudah dipupuk sejak di bangku SMK tetap tertanam
dibenaknya. Bahkan mahasiswa angkatan 2011 ini berencana akan melanjutkan S-2
di jurusan Teknik ketika sudah menyelesaikan studinya sekarang.
Kembali ke Takdir...
Sumber : Sinar Harapan
0 komentar:
Posting Komentar