Tugas Uas Jurnalistik Online
Nama : Erik Henriawan
Nim : 31001200151
Indonesia Kreatif “Merajut Kesuksesan Go Internasional”
Nama : Erik Henriawan
Nim : 31001200151
Indonesia Kreatif “Merajut Kesuksesan Go Internasional”
Siapa yang menyangka bahwa brand internasion Peter Say Denim
merupakan pabrikan indonesia yang di miliki oleh seorang Putra bangsa Indonesia
yaitu peter firmanyah.
Pemilik Brand Petersaysdenim. Jika anda termasuk salah satu
pecinta produk jeans atau Denim anda pasti mengenal salah satu produk bernama
Peter Says Denim, dan anda pasti mengira salah satu brand terkenal ini berasal
dari luar negeri, dugaan anda salah, produk ini merupakan asli buatan Indonesia
yang diciptakan oleh Peter Firmansyah seorang anak muda yang berasal dari
Indonesia yang menciptakan dan memproduksi jeans, baju, serta perlengkapan
fashion lainnya yang telah dikenal diluar negeri dan bersanding dengan
merk-merk lainnya seperti Ripcurl, Volcom, Machbeth, dll. Produk PSD (Peter
says denim) buatan Peter Firmansyah juga banyak digunakan oleh band-band dari
dalam dan luar negeri karena kualitasnya. Kesuksesan yang diraih oleh Peter
Firmansyah tidak serta merta dicapai dalam waktu yang cepat melainkan
membutuhkan waktu yang lama, Peter Firmansyah merupakan Anak muda kelahiran
Kota Sumedang, pada tanggal 4 Februari 1984. Peter Firmansyah terlahir dari
keluarga yang sederhana. Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih
kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus
bekerja serabutan.
Peter Firmansyah pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus
berutang untuk membeli makanan. Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga
keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu
kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al
Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter. Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa
pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di
pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu Peter
Firmansyah berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini
sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang
dijual dalam tumpukan. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka,
Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa
pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru. Selain itu, Peter juga
banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari
sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket. Selepas SMA, ia
melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk
perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta.
Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak
sampai sebulan Peter Firmansyah memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia
berselisih dengan orangtuanya perselisihan yang sempat disesali Peter karena
sudah menghabiskan biaya besar. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas, Peter
Firmasnyah kemudian mulai berkerja di pabrik yang membuat produk Rusty, Volcom
dan globe. Dari situlah Peter Firmansyah mulai belajar tentang pemilihan
produk, pembuatan, hingga pemasaran produk. Pada tahun 2005, Peter Firmansyah
kemudian nekat membuat produk jeans dengan nama Defense berbekal pengalaman
yang ia dapat dari pabrik pembuatan produk produk terkenal namun singkat cerita
produk buatannya gagal dipasaran.
Peter Firmansyah juga seorang pemain band, dan dari band-nya
"Peter says sorry" itulah kemudian Peter punya banyak kenalan musisi
dan tahu bagaimana kebutuhan musisi terutama band-band rock untuk tampil di
sebuah stage. Dan memang pengalaman adalah guru yang terbaik. Pekerjaan yang
dimulai dari bawah akan lebih banyak memberi ilmu, dan membuat kita bergerak
terus ke atas daripada mereka yang kemudian sudah start dari atas. Yang ada
justru kebanyakan mereka collapse dan jatuh ke bawah. Alasannya jelas, mereka
tidak tahu apa yang dibutuhkan di bawah, karena sebenarnya pusat dari sebuah
produksi adalah bagaimana kinerja mereka yang di bawah. Pada tahun 2007, Peter
juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak
membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.
Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008,
misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan
pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7
juta dibawa kabur.
Bermodal tabungannya sebanyak Rp 5 juta, ia mulai
memproduksi celana jins sendiri. Pertama-tama, Peter membuat lima potong jins.
Ternyata, produk perdananya ini laris. Pesanan berdatangan dan ia menambah
produksi hingga 20 potong lebih. Selama enam bulan pertama, ia benar-benar membanting
tulang. Mulai belanja bahan, mengukur, mengawasi tukang jahit, hingga
mengantarkan pesanan jins ke konsumen ia kerjakan sendiri.
Akan tetapi, jins yang diberi merek Peter Says Denim (PSD)
itu tak selamanya laku. Sebab, sejak awal, ia membanderol jins dengan harga
tinggi. Karena itu, ia kerap menerima cemoohan dan penolakan konsumen. Peter
Firmansyah lantas memasang strategi dengan fokus mempromosikan jins buatannya
ke anak-anak band. Ia melakukan pendekatan khusus supaya anak band yang jam
terbang sudah banyak mau memakai jinsnya sebagai promosi. Tak hanya band lokal,
Peter juga mendekati band-band luar negeri. Peter lalu membuat website khusus
untuk menjajakan produk Peter Says Denim. Untuk memperkuat bisnis online ini,
ia menggelontorkan lagi duit Rp 5 juta. Ternyata pilihan itu tepat. Lewat situs
online-nya, Peter Say Denim dikenal di Amerika, Kanada, Australia, Singapura,
dan Malaysia. Hasilnya, kini saban bulan, Peter memproduksi 500 hingga 1.000
potong jins.
Meski bisnis distro di Bandung menjamur hingga 400 gerai
lebih, jins Peter Says Denim tetap unggul lantaran berani tampil beda. Peter
Firmansyah mengaku, jins buatannya sebenarnya tak beda jauh dengan jins lokal
lain. Tapi, dia berhasil mengubah citra produk lokal yang tak bisa bersaing
dengan kualitas nomor satu layaknya jins branded. Tak butuh waktu relatif lama,
usahanya dalam berbisnis jeans mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun
sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang
menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik
di luar negeri. Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice Man, We Shot The
Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan
Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal
produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan
pujiannya dalam situs Petersaysdenim. Pada situs-situs internet kelompok musik
itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun
bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson,
Fender, Peavey, dan Macbeth.
Saat ini Peterb Firmansyah telah berhasil mewujudkan
mimpi-mimpinya tersebut. Dia telah menjadi seorang pengusaha muda dengan omset
ratusan juta perbulan dan tengah merencanakan untuk membuka sebuah kantor perwakilan
PSD lagi di Amerika Serikat. Selain itu, Peter telah mengembangkan usahanya ke
bidang lain seperti studio tato dan label rekaman. Dia juga mengungkapkan bahwa
hingga saat ini dia masih memiliki mimpi-mimpi yang ingin untuk dia raih.